Minggu, 28 Juni 2020
Sabtu, 20 Juni 2020
Judul Jurnal |
Kompatibilitas
Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Trichoderma
harzianum untuk Mengendalikan Ralstonia solanacearum pada Tanaman
Kentang. |
Jurnal |
Pengendalian
hama secara biologis. |
Volume dan
Halaman |
J. Hort.
22(2):172-179 |
Tahun |
2012 |
Penulis |
Hanudin,
Marwoto, Hersanti, dan Muharam |
Reviewer |
Nida Amani
Nurfadliela |
Tanggal |
17 Juni 2020 |
Tujuan
Penelitian |
Untuk
mendapatkan informasi kompatibilitas mikrob antagonis dan dapat mengendalikan
R. solanacearum pada tanaman kentang. |
Subjek Penelitian |
Tanaman
Kentang |
Metode Penelitian |
Metode yang
dilakukan dalam penelitian ini memakai 2 pengujian 1.
Uji
Kompatibilitas Secara In Vitro Rancangan yang digunakan ialah acak lengkap, terdiri atas tujuh
kombinasi perlakuan dengan empat ulangan. parameter yang diamati ialah luas
areal pertumbuhan bakteri dan cendawan antagonis (cm2) serta reaksi
antarmikrob antagonis. 2.
Uji
Kompatibilitas Secara In Vivo Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok, terdiri atas
sembilan perlakuan dengan tiga ulangan. Parameter yang diamati ialah waktu
inkubasi dan jumlah tanaman layu. |
Hasil
Penelitian |
Dari
hasil penelitian ini di uji kompatibilitas secara in vitro kita mengetahui
bahwa nilai indeks kompatibilitas yang lebih kecil dari 1 yaitu berkisar
antara 0,58 sampai 0,85 . B. subtilis, P. fluorescens, dan T.harzianum
dapat diformulasikan dalam satu formula yang banyak mengandung protein. Dari
hasil uji kompatibilitas secara in vivo kita mengetahui Persentase jumlah
tanaman layu pada 62 HST perlakuan tersebut masing-masing 2,68%. Kemampuan B.
subtillis dalam menekan penyakit layu bakteri pada tanaman kentang. B.
subtilis dapat menekan serangan Xanthomonas campestris pv. glycines
pada tanaman kedelai sebesar 85%. |
Kelebihan |
·
Menyertakan
Referensi. ·
Point
yang disampaikan jelas. |
Kekurangan |
·
Penelitian
dilakukan dengan waktu yang lama. |
Selasa, 16 Juni 2020
Dasar-dasar Manajeman
·
Kelompok
kerja itu? Mengapa kelompok kerja diperlukan dalam organisasi?
Kelompok kerja adalah kelompok yang disusun oleh organisasi dengan tujuan
untuk menjalankan berbagai pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan
organisasi agar efektif dan efisien. Maka dari itu kelompok kerja dalam sebuah
organisasi diperlukan.
·
Faktor
yang diperlukan agar kelompok kerja dapat berjalan efektif?
1.
Tujuan
dari pembentukan kelompok kerja hendaknya benar-benar jelas.
2.
Peran
serta pembagian kerja dari setiap anggota kelompok kerja perlu juga diperjelas.
3.
Jumlah
kerja yang optimal dalam sebuah kelompok kerja perlu ditentukan.
4. Pemimpin
dari kelompok kerja perlu ditentukan atas dasar kapabilitasnya di kelompok
kerja tersebut.
5.
Seluruh
sumber daya yang diperlukan hendaknya tersedia.
6.
Norma-norma
perlu disepakati sebelum pekerjaan dilakukan.
7.
Jadwal
perlu tersusun secara spesifik dan disusun bersama oleh seluruh anggota
kelompok kerja.
8.
Perlu
diadakan momentum-momentum informal maupun formal.
9.
Fokuskan
setiap kejadian pada kinerja kelompok kerja bukan pada personality dari
anggota.
·
Kelompok
kerja formal itu? Kelompok kerja informal itu?
Kelompok kerja formal adalah kumpulan 2 orang atau lebih yang
mengikatkan diri dengan tujuan yang sama secara sadar dengan hubungan kerja
yang rasional.
Kelompok kerja informal adalah kumpulan 2 orang atau lebih yang
melakukan kegiatan bersama dengan tujuan yang sama secara tidak disadari.
·
Konflik
bisa dikelola dengan cara?
Beberapa strategi mengatsi konflik
1.
Bertanding
2.
Mengalah
3.
Pemecahan
masalah
4.
Menarik
diri
5.
Diam
·
Komunikasi
informal itu? Beberapa komunikasi informal!
Komunikasi informal adalah komunikasi yang dilakukan antara
berbagai pihak maupun berbagai bagian dalam organisasi yang tidak secara kaku
mengikuti tingkata-tingkatan manajemen dalam sebuah organisasi.
Contoh komunikasi informal
1.
Rumor
rantai untai tunggal
2.
Rumor
rantai klister
3.
Rumor
rantai probabilitas
4.
Gossip
5.
Komunikasi
nonverbal
6.
Komunikasi
manajemen nonformal
7.
Curhat
8.
Percakapan
Senin, 08 Juni 2020
Dasar-dasar Manajemen
· Motivasi dan kepemimpinan mempengaruhi manajemen
Dengan cara memberikan pengaruh terhadap semua bawahan, seorang pemimpin yang memiliki motivasi yang baik, akan mempengaruhi bawahannya dan secara otomatis akan mempengaruhi manajemen, karena seorang pemimpin memiliki wewenang dan tanggung jawab atas pencapaian tujuan perusahaan dan tentunya harus diiringi dengan manajemen yang baik untuk mencapainya.
· Motivasi itu?
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.
· Pendekatan dalam teori motivasi
1. Pebdekatan perbedaan individu, pendekatan ini menggunakan teori kebutuhan yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow, yang meliputi : (1) kebutuhan fisiologi, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan afiliasi, (4) kebutuhan harga diri, dan (5) kebutuhan aktualisasi.
2. Pendekatan manjerial, pendekatan ini megelola motivasi karyawan melalui pengaturan tujuan atau sasaran organisasi dan sistem mencapainya.
3. Pendekatan organisasi dan pekerjaan, pendekatan ini menggunakan teori dua faktor yang dikembangkan oleh Herzberg yang juga dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
4. Pendekatan terintegrasi, pendekatakan ini menggabungkan dari beberapa pendekatan-pendekatan yang ada yang artinya adalah menggabungkan teori-teori motivasi dengan tujuan agar bisa mendapatkan hasil yang lebih optimal karena setiap pendekatan maupun teori selalu terdapat kelebihan dan kelemahan.
· Teori kepemimpinan itu?
Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk “memimpin” atau membimbing orang lain, tim, atau seluruh organasasi.
· Pendekatan dalam teori kepemimpinan
1. Pendekatan sifat, kerberhasilan atau kegagalan seseorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin.
2. Pendekatakan kekuasaan, jika setiapindividu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.
3. Pendekatan perilaku, merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin.
4. Pendekatan situasi, biasa disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja.